Budaya dan Kesadaran Budaya

Kita harus sadari bahwa sebenarnya kita hidup berdampingan dengan masyaarakat yang begitu banya yang tentu saja mempunyai berbagai macam perbedaan dengan kehidupan kita. Salah satunya yaitu kebudayaan. Hal ini tentu seharusnya dapat membuka mata kita tentang berbagai cirri khas pastilah dimiliki tiap-tiap daerah yang kita tidak mungkin untuk memaksakannya ataupun juga menyamakannya.

Namun, banyak sekali kita lihat kasus-kasus yang menyangkut etnis dimana hal itu tentu akibat kurang terbukanya hati kita akan perbedaan. Masih ada saja orang-orang atau golongan yang begitu sinis dengan budaya di luar budaya mereka. Sikap-sikap inilah yang nantinya dapat menimbulkan perpecahan serta dapat pula berakibaat fatal dengan hancurnya sebuah Negara. Termasuk Indonesia yang merupakan Negara yang memiliki berates-ratus keseragaman budaya di tiaap-tiap daerahnya. Jika masing-masing daerah tidak mengindahkan arti pentingnya kesadaran budaya, tidak mustahil keseragaman budaya yang kita miliki yang seharusnya menjadi kebanggaan kita malah menjadi bumerang bagi Negara kita sendiri.

Kebudayaan

Dalam pemakaian sebagian besar masyarakat sehari – hari, arti kebudayaan seringkali terbatas pada sesuatu yang indah – indah seperti misalnya candi, tarian, seni rupa, seni suara, sastra, dan filsafat. Ralph Linton, dalam bukunya The Cultural Background of Personality, mempunyai definisi tersendiri yakni,

“Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang manapun dan tidak mengenai sebagian dari cara hidup itu, yaitu bagian yang dianggap oleh masyarakat lebih tinggi atau lebih diinginkan. Bagi seorang ahli ilmu sosial tidak ada masyarakat atau perorangan yang tidak berkebudayaan. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagaimanapun sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah makhluk berbudaya, dalam arti mengambil bagian dalam suatu kebudayaan.”

Penjelasan Linton diatas menunjukkan bahwa kebudayaan ternyata memiliki beberapa aspek, yang meliputi cara – cara berlaku, kepercayaan – kepercayaan, sikap – sikap, dan hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.

Kebudayaan menurut ilmu antropologi pada hakikatnya adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1996). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya sebagian kecil dari tindakan manusia yang tidak dibiasakan dengan belajar seperi naluri, refleks, atau tindakan yang dilakukan akibat sesuatu proses fisiologis. Bahkan beberapa tindakan yang didasari atas naluri (makan, minum, dan berjalan) sudah dapat banyak dikembangakan manusia sehingga menjadi suatu tindakan yang berkebudayaan.

Wujud Kebudayaan

Ahli Sosiologi Talcott Parsons dan ahli Antropoligi A.L Kroeber pernah menganjurkan untuk membedakan antara wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari gagasan – gagasan serta konsep – konsep, dan wujudnya sebagai rangkaian tindakan serta aktivitas manusia yang berpola. Oleh karena itu J.J Homigmann mencoba membuat perbedaan tiga gejala kebudayaan yaitu: ideas, activities, dan artifact (Kontjaraningrat, 1996).

Koentjaraningrat (2004) berpendapat bahwa kebudayaan itu mempunyai paling sedikit yaitu tiga wujud, yaitu:

  1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide – ide, gagasan, nilai – nilai, norma – norma, peraturan dan sebagainya.
  2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat;
  3. Wujud kebudayaan sebagai benda – benda hasil karya manusia.

Kesadaran

Kesadaran secara harfiah berasal dari kata sadar yang berarti merasa, tahu, dan mengerti. Dalam Cambridge International Dictionary of English (1995) terdapat definisi tentang kesadaran. Kesadaran diartikan sebagai kondisi terjaga atau mampu mengerti apa yang sedang terjadi (The condition of being awake or able to understand what is happening). (Nias Online,2011).

Sedangkan Dalam istilah Psikologi, kesadaran didefinisikan sebagai tingkat kesiagaan individu terhadap rangsangan eksternal dan internal, dengan kata lain kesiagaan terhadap persitiwa-peristiwa lingkungan, suasana tubuh, memori dan pikiran. Berdasarkan definisi itu, dapat diketahui bahwa kunci penting kesadaran terletak pada kesiagaan dan stimulus.

Selanjutnya dalam kaitannya dengan segi mental, Kesadaran diartikan sebagai proses penghayatan atau pengetahuan yang penuh dari individu terkait dirinya sendiri dan lingkungannya yang memerlukan suatu persepsi dari dalam diri dan persepsi dari luar (lingkungan).

Menurut Wilber dewasa ini banyak bermunculan beragam pendekatan di dalam memahami fenomena kesadaran manusia. Beberapa diantaranya adalah pendekatan kognitif, instrospeksionisme, neuropsikologi. Pendekatan ilmu pengetahuan kognitif (cognitive science), yang memandang kesadaran sebagai bagian dari fungsi otak yang kemudian berkembang, kemudian tumbuh dari kompleksnya jaringan yang saling terhubung di dalam otak manusia.

Pendekatan kedua adalah pendekatan instrospeksionisme (introspectionism). Di dalam pandangan ini kesadaran dipandang sebagai kesadaran orang pertama yang tertuju pada sesuatu di luarnya. Pendekatan ketiga adalah neuropsikologi, yang memandang kesadaran sebagai sesuatu yang berakar pada sistem-sistem saraf, dan mekanisme otak yang bersifat organik.

Sartre berpendapat bahwa kesadaran bersifat itensional dan tidak dapat dipisahkan di dunia. Kesadaran selalu terarah pada etre en sio (ada-begitu-saja) atau berhadapan dengannya. Situasi dimana kesadaran berhadapan oleh Sartre disebut etre pour soi (ada-bagi-dirinya). Kesadaran yang dimiliki oleh manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat menempatkan diri manusia sesuai dengan yang diyakininya.  Terlebih kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Kesadaran dalam konteks lain juga berarti pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya.

Kesadaran Budaya

Kesadaran budaya merupakan sikap dimana seseorang menghargai, memahami, dan mengerti akan adanya perbedaan-perbedaan yang ada dalam budaya tersebut. Kesadaran budaya ini tentu menjadi suatu hal yang teramat penting untuk kita benar-benar mengerti dan untuk kita pahami terkait dengan beragamnya kebudayaan yang ada di tiap masyarakat di sekitar kita. Hal ini karena banyaknya konflik yang terjadi akibat seseorang atau kelompok masyarakat yang tidak mengerti akan beragamnya dan begitu banyaknya masyarakat lain yang juga memiliki kebudayaan mereka sendiri. Mereka terkadang lupa bahwa kebudayaan itu terbentuk sesuai dengan corak masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, mereka terkadang malah cenderung memperlakukan sama pada setiap bentuk kebudayaan. Hal inilah yang sering kali memicu munculnya kesalah pahaman lalu berkembang menjadi konflik antar etnis.

Wunderle (dalam Kertamuda) menyebutkan bahwa terdapat beberapa tingkatan kesadaran budaya, yaitu:

  1. Data dan information. Data merupakan tingkat terendah dari tingkatan informasi secara kognitif. Data terdiri dari signal – signal atau tanda – tanda yang tidak melalui proses komunikasi antara setiap kode – kode yang terdapat dalam sistem, atau rasa yang berasal dari lingkungan yang mendeteksi tentang manusia. Dalam tingkat ini penting untuk memiliki data dan informasi maka hal tersebut dapat membantu kelancaran proses komunikasi.
  2. Culture consideration. Setelah memiliki data dan inormasi yang jelas tentang suatu budaya maka kita akan dapat memperoleh pemahaman terhadapkan budaya dan faktor apa saja yang menjadi nilai – nilai dari budaya tersebut. Hal ini akan memberikan pertimbangan tentang konsep – konsep yang dimiliki oleh suatu budaya secara umum dan dapat memaknai arti dari culture code yang ada. Pertimbangan budaya ini akan membantu kita untuk memperkuat proses komunikasi dan interaksi yang akan terjadi.
  3. Cultural knowledge. Informasi dan pertimbangan yang telah dimiliki memang tidak mudah untuk dapat diterapkan dalam pemahaman suatu budaya. Namun, pentingnya pengetahuan budaya merupakan faktor penting bagi seseorang untuk menghadapi situasi yang akan dihadapinya. Pengetahuan budaya tersebut tidak hanya pengetahuan tentang budaya orang lain namun juga penting untuk mengetahui budayanya sendiri. Oleh karena itu, pengetahuan terhadap budaya dapat dilakukan melalui pelatihan – pelatihan khusus. Tujuannya adalah untuk membuka pemahaman terhadap sejarah suatu budaya. Ini termasuk pada isu – isu utama budaya seperti kelompok, pemimpin, dinamika, keutamaan budaya dan keterampilan bahasa agar dapat memahami budaya tertentu.
  4. Cultural competence. Tingkat tertinggi dari kesadaran budaya adalah kompetensi  budaya. Kompetensi budaya berfungsi untuk dapat menentukan dan mengambil suatu keputusan dan kecerdasan budaya. Kompetendi budaya merupakan pemahaman terhadap kelenturan budaya. Dan hal ini penting karena dengan kecerdasan budaya yang memfokuskan pemahaman pada perencanaan dan pengambilan keputusan pada suatu situasi tertentu. Implikasi dari kompetensi budaya adalah pemahaman secara intensif terhadap tertentu.

Seperti yang dijelaskan di awal, sesungguhnya kebudayaan itu sendiri mempunyai tiga bentuk dasar, yaitu yang berwujud ide, kelakuan, dan wujud fisik. Ketiga wujud kebudayaan tersebut ada dalam masyarakat. Hal ini yang harusnya kita lestarikan dan kita perhatikan karena kebudayaan merupakan identitas jati diri kita. Maka dari itu, kesadaran budaya perlu untuk kita tumbuh dan kembangkan sejak dini. Untuk menumbuhkan jiwa yang sadar akan budaya tersebut, berikut sekiranya ada 4 cara, yaitu:

1. Penanaman sikap multikulturalisme sejak dini, Penanaman sikap untuk saling bertoleransi dan untuk saling menghargai antar budaya merupakan fondasi awal agar seseorang mampu menyadari akan perbedaan dari masing-masing budaya. Sikap mental akan pentingnya saling menghargai kebudayaan diharapkan nantinya integrasi bangsa menjadi semakin kuat karena penanaman sikap saling menghormati dan menghargai tersebut juga sudah mendarah daging di masyarakat.

2. Sosialisasi budaya melalui lembaga pendidikan. Dimasukkannya budaya lokal dalam kurikulum pendidikan sebagai muatan lokal merupakan langkah yang bijak untuk lebih menjaga eksistensi budaya lokal mengingat sekarang ini mulai banyaknya generasi muda yang mulai enggan untuk memperhatikan kebudayaannya yang sesungguhnya itu merupakan asset kekayaan yang sekiranya wajib dan harus untuk kita lestarikan.

3. Penyelenggaraan berbagai pentas budaya, Penyelenggaraan berbagai pentas budaya tentu hal ini merupakan salah satu cara yang mampu untuk menumbukan kesadaran akan berbudaya. Pentas ini dapat berupa tari-tari daerah ataupun juga musik-musik daerah yang dilakukan dengan melibatkan kaum-kaum muda sebagai salah satu cara menghidupkan kembali budaya masing-masing daerah dengan melibatkan generasi muda sebagai generasi penerus. Seni budaya yang akan ditampilkan pun dapat berupa seni tradisional, modern, ataupun juga gabungan dari keduanya.

4. Mencintai dan menjaga budaya yang dimiliki. Hal inilah yang sekiranya penting untuk selalu kita wujudkan. Rasa cinta dan rasa untuk menjaga budaya yang kita miliki haruslah muncul sesuai dengan keinginan dan kesadaran dari dalam diri kita masing-masing. Tanpa rasa cinta dan peduli terhadap kebudayaan mustahil kita dapat menjaga eksistensi budaya yang kita miliki.

Kesimpulan

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Sedangkan kesadaran adalah kondisi terjaga atau mampu mengerti apa yang sedang terjadi. Lalu kesadaran budaya ialah sikap dimana seseorang menghargai, memahami, dan mengerti akan adanya perbedaan-perbedaan yang ada dalam budaya tersebut.

Cara menumbuhkan kesadaran budaya yaitu dengan penanaman sikap multikulturalisme sejak dini, sosialisasi budaya melalui lembaga pendidikan, penyelenggaraan berbagai pentas budaya, mencintai dan menjaga budaya sendiri.

Referensi

Alfian. 1979. Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia. Jakarta: LP3ES
Koentjaraningrat.1974. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia
Kertamuda, Fatichah. 2011. Konselor dan Kesadaran Budaya (Cultural Awareness). http://fip.unp.ac.id/bk/impact/07.Fatchiah_Kertamuda_Prosiding_Konselor_dan_ulture_Awareness.pdf diakses pada tanggal 21 Februari 2011
 
disusun oleh: Mentari Oktaviana I.P , Andri Prasetiyo, Fajar Kharisma

One response to “Budaya dan Kesadaran Budaya

  1. Pingback: Cultural Awareness | SosiologiBudaya

Leave a comment