A. Fesyen dan Identitas
Gaya pakaian,dandanan,rambut,segalamacam asesoris yang menempel, selera musik, atau pilihan-pilihan kegiatan yang dilakukan, adalah bagian dari pertunjukan identitas dan kepribadian diri. Anthony Synott(1993) berhasil memberikan penjelasan yang bagus tentang rambut. Dalam beberapa hal, rambut tidak sekedar bearti simbol seks penanda laki-laki dan perempuan ia juga simbol gerakan politik.
1. Rambut Panjang vs Rambut pendek.
The hippies yang populer pada tahun 60an, tidak hanya dikenal berkat gerakan-gerakan protesnya menentang norma-norma seksual yang puritan, etika protestan, gerakan-gerakan mahasiswa menentang perang. Orang hippies karena jenis pakaian ini biasanya berharga murah, sehingga tidak berkesan borjuis dan membebaskan pakaiannya dari kunkungan kerah, kancing dan ikat pinggang yang ketat. Sepuluh tahun kemudian gaya hippies yang pada awalnya tumbuh untuk menentang kemapanan ini mendapat serangan dari golongan the skinheads.
Skinheads membenci orang-orang hippies khususnya kaum laki-laki hippies, sebagai orang yang keperempuan-perempuan dan aneh. Sedangkan skinheads pada awal kemunculanya tahun 1969 biasanya memakai celana jins pudar yang digulung sampai diatas pergelangan kaki, sepatu jenis militer boover boots, kaos yang memamerkan slogan afiliasi gerakan politik atau organisasi sepak bola tertentu, dan rambut yang dicukur sangat pendek. Perempuan skinheads menggunakan dandanan sama hanya saja yang membedakan mereka menyisakan sedikit kuncir rambut dibelakang.
Pada tahun 1975 munculah kaum punk. Term punk sendiri adalah bahasa slank untuk menyebut penjahat dan perusak. Ciri khas dari punk adalah celana jins sobek-sobek, peniti cantel yang dicantelkan dikuping,hidung dan model rambut spike top dan mochihan.
2. Fesyen dan kesenangan.
Salah satu kelompok yang memainkan peranan penting dalam kebudayaan anak muda yakni kelompok rockers yang biasanya dijuluki juga sebagai leather boys karena cirri khasnya memakai jaket kulit, celana jins ketat, rambut panjang, asesoris serba metal. Penampilan mereka yang tampak liar dan keras secara subsntasial sangat berbeda dengan penampilan para teddy boy yang sangat dandy dan flamboyant: sepatu kulit mengkilap serta jas dan blazer yang rapi.
Semua hal yang telah dipertontonkan lewat tubuh:gaya hidup, gaya berpakaian, gaya rambut, serta asesoris pelengkapnya lebih dari sekedar demonstrasi penampilan, melainkan demonstrasi ideologi. Sekaligus menunjukan kepada kita bahwa globalisasi berperanan besar dalam penyebaran gaya keseluruh dunia meskipun tidak dalam waktu yang bersamaan.
Pembentukan identintas bukan persoalan sederhana. Ia tidak pernah bergerak secara otonom atau berjalan atas insiatif sendiri, tapi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang beroperasi bersama-sama. Faktor-faktor tersebut bisa diidentifikasi sebagai kreatifitas bahwa semua orang diwajibkan untuk kreatif supaya tampak berbeda dan dianggap berbeda pula. Kemudian ada faktor pengaruh ideologi kelompok dan tekanan teman sebaya. Faktor-faktor lainya adalah status sosial, bombardier, iklan-iklan media serta unsur-unsur kesenangan(pleasure dan fun).
3. Identintas Hibrida.
Ben Anderson menyatakan, bahasa nasional, kesadaran waktu, dan kesadaran ruang, merupakan konstruksi yang diciptakan lewat fasilitas-fasilitas komunikasi. kritik yang dapat dikemukakan atas pemikiran Anderson adalah bahwa ia menganggap bahasa bersifat stabil. Anderson terlalu menekankan aspek homogen,kesatuan, dan kekuatan perasaan kebangsaan yang mengatasi perbedaan kelas, gender, etnisitas dan tidak melihat bahwa perbedaan konteks dan lapangan-lapangan interaksi ternyata menciptakan identintas yang khusus dan berbeda-beda. Pemikiran Anderson juga tidak memadai melihat bagaimana kebudayaan dan identintas terbentuk dalam globalisasi. Globalisasi juga memudahkan sebuah tempat yang lapang bagi konstruksi identintas; pertukaran benda-benda/symbol-simbol dan pergeraakan antar tempat yang semakin mudah, yang dikombinasikan dengan perkembangan teknologi komunikasi, membuat percampuran dan pertemuan kebudayaan juga semakin mudah.
4. Hibriditas, Kreolisai, dan Mimikri.
Bahwa kebudayaan dan identintas selalu merupakan pertemuan dan pencampuran berbagai kebudayaan dan identintas yang berbeda-beda. Inilah yang disebut hibriditas kebudayaan dan identintas. Dalam kreolisasi elemen-elemen kebudayaan diserap tetapi dipraktekan dengan tidak mempertimbangkan makna aslinya. Konsep kreolisasi sekaligus memberikan cara berpikir alternative yang berbeda dengan konsep imperialisme cultural. Konsep mimikri untuk menggambarkan proses peniruan/peminjaman berbagai elemen kebudayaan. Mimikri bisa dipandang sebagai strategi menghadapi dominasi. Seperti penyamaran,ia bersifat ambivalen, melanggengkan tetapi sekaligus menegasikan dominasinya. Inilah sebuah dasar identintas hibrida. Continue reading →